Sunday, November 27, 2011

Ubannya Pak Mur

Sewaktu turun dari bus di Komdak tadi sore, saya melihat seorang bapak yang sedang berdiri di halte. Umurnya mungkin sekitar 50 th dengan rambutnya yang panjang dan sebagian sudah berwarna putih. Bapak ini membuat saya kembali mengingat seseorang yang bernama Pak Mur. Dia adalah petugas ADK di Cabang tempat saya dan teman-teman melakukan On the Job Training PPS.

Dulu pertama kali saya dan teman-teman bertemu dengan Pak Mur, bisa dibilang Pak Mur ini sangat cuek kepada kami, bahkan ke arah jutek. Hingga suatu hari kami terlibat sebuah perbincangan yang akhirnya membuat Pak Mur dan kami menjadi akrab.

Selain bercerita tentang operasional di BRI, Pak Mur juga sering bercerita tentang kisah hidupnya. Asam garam perjalanan hidup dia selama ini. Dan yang paling saya ingat adalah tentang ubannya Pak Mur. hehehe...

Mungkin terdengar aneh ya, kenapa juga dengan ubannya Pak Mur?

Pernah suatu ketika Pak Mur bercerita, kalau dia tidak akan pernah mewarnai uban rambutnya tersebut. Ketika banyak orang yang mewarnai rambutnya yang mulai berubah warna, dengan alasan agar tetap terlihat muda atau menunda penuaan. Tidak dengan Pak Mur.

Awalnya alasan yang dikemukakannya terdengar agak aneh, "Saya bangga dengan rambut yang mulai berubah warna ini", jawabnya sambil tersenyum pada kami.

Lalu beliau melanjutkan, "Warna rambut ini saya dapatkan dengan susah payah, penuh perjuangan dan asam garam kehidupan. Saya butuh waktu puluhan tahun untuk mendapatkan ini", sembari menunjuk pada uban di rambutnya.

Yah itulah Pak Mur, yang dengan ikhlas dan tetap semangat menjalani sisa masa kerjanya di BRI, karena waktu itu dia akan pensiun sebentar lagi. Bagi dia, orang yang mewarnai ubannya menjadi hitam adalah seperti orang yang tidak mau menerima kenyataan. Entah kenyataan memang umurnya sudah menua, atau tidak pernah mau tua? Itu memang pendapat masing-masing.

Tapi bagi Pak Mur, hal tersebut merupakan salah satu bagian dari keikhlasannya menjalani hidup. Ubannya adalah bukti nyata perjuangan hidupnya selama ini, terhadap keteguhan dan ketegarannya menghadapi segala masalah yang pernah menimpanya. Dan dia bangga dengan ubannya itu.

Friday, November 25, 2011

Catatan kaki sang Perempuan

Teringat perbincangan sekitar 2 tahun lalu,
sebenarnya perbincangan ini di sela-sela menunggu ujian On The Job Training perkreditan, saya yang memang hobi ngobrol dengan siapapun (yang sudah kenal tentunya) bisa bicara ngalor ngidul tentang apapun.

Entah bagaimana mulanya, saat itu saya terlibat percakapan dengan Om Ical, ini sebutan kami (teman-teman PPS 10) untuk Pak Haikal. Seperti biasa percakapan yang tiba-tiba mengalir ke macam-macam hal... 

Dan saat itu tentang memaafkan pengkhianatan dari dua sisi. Sisi disini maksudnya adalah dua makhluk yang disebut perempuan dan laki-laki. Bagaimana cara pandang dua makhluk ini terhadap satu kata yakni maaf dihubungkan dengan pengkhianatan.

Yup, kami menghubungkan antara dua sisi berbeda tersebut dengan pengkhianatan dan maaf. Bagaimana perbedaan keduanya menyikapi hal tersebut.

--Laki-laki--
Ketika pasangannya melakukan pengkhianatan terhadap dirinya, laki-laki (kebanyakan) akan sulit untuk memaafkan kejadian tersebut. Dia akan sangat marah dan meninggalkan perempuan tersebut. Langsung menutup rapat-rapat pintu maafnya. Betapapun perempuan tersebut teramat dicintainya, karena dia menganggap harga dirinya sudah terinjak-injak. Intinya sih sangat sulit untuk memberikan kesempatan kedua bagi perempuan tersebut.
Tetapi satu diantara sekian banyak laki-laki pasti masih ada pengecualian diatas.

--Perempuan--
Saat sang pujaan hatinya berpindah kelain hati alias ada WIL (wanita idaman lain), lalu dia berselingkuh. Ada tanggapan yang berbeda dari seorang perempuan. Pada saat kejadian tersebut, memang sudah dipastikan perempuan akan sangat marah, kecewa, sedih, sakit hati, dan perasaan lainnya. 
Tetapi ternyata perempuan masih dapat menyediakan ruang maaf dihatinya (meskipun mungkin sangat kecil dan sempit, yang entah disudut mana di bagian hatinya). Dia masih bisa berusaha untuk dapat memaafkan pengkhianatan tersebut.

eittsss...... tetapi masih ada 'catatan kaki' nya lho...
(kata-kata ini yang masih saya ingat sampai sekarang, dan sebagian dari itu saya mengiyakan pendapat Om Ical ini...)


Maksudnya gimana catatan kaki ini?

Yup, bukan cuma cerita novel aja yang punya catatan kaki. Seperti hidup yang kita jalani ini pasti punya catatan kaki yang akan selalu kita ingat.
Hayo ngaku? hehehe...

Maksud catatan kaki disini adalah,
ketika perempuan memaafkan pengkhianatan yang dilakukan laki-laki, mungkin dia akan memaafkan dan menerimanya kembali. Tetapi tidak sampai dengan 100% karena hatinya terlanjur tersakiti. Pasti walau tersisa hanya 1%, cerita pengkhianatan tersebut akan menjadi catatan kaki di hidupnya. Yang akan dia ingat seumur hidup!

Yaaaa...seumur hidup!
Karena wanita adalah pencatat dan pengingat sejati. Jadi suatu saat jika sedang ingat dengan kejadian masa lalunya, atau sedang bertengkar dengan lelaki-nya, pasti catatan kaki itu akan segera muncul lagi diingatannya. Dan dibahas ulang sebagai luapan kekecewaannya saat itu.

Jadi, akhir dari pembicaraan kami saat itu. Kalau kebanyakan laki-laki tidak memaafkan pengkhianatan, sedangkan wanita masih bisa memaafkan tetapi dengan adanya catatan kaki tersebut seumur hidupnya.

Hmmm....Menurut kamu bagaimana?
Jangan terlalu dianggap serius, tulisan ini hanya pendapat kami saat itu. Tidak berniat apapun atau menganggap sama rata semua orang. 

Just sharing... :) 
and leave comment kalau kamu punya pendapat lain...

Thursday, November 24, 2011

DeMotivasi, --this too, will pass--

Untuk satu kata ini, siapa yang tidak pernah mengalaminya?
Jujur deh...
Pasti kita pernah mengalami satu hal ini, demotivasi...

Entah di saat masih sekolah, kuliah atau di dunia pekerjaan...
Malas, jenuh, pusing, merasa tidak berguna, merasa tidak bisa apa-apa,
ingin pindah kerja, ingin 'kabur' atau berjuta perasaan yang lain...
Serasa kesal dengan apapun yang tidak sesuai keinginan kita.

Kalau ini sedang menimpa teman dengan mudahnya kita bilang,
"Ayoooo semangat, kamu pasti bisa...."
atau kata-kata penyemangat lain.

eiiiiittttssss, tapi....
Apa dengan mudahnya kita bisa menyemangati diri kita sendiri?
Pada posisi keterpurukan ini rasanya sangat sulit untuk bangkit.
Semua yang ada terasa serba salah...

Demotivasi ini seperti pasir isap di tengah hutan rimba
(ada gak yah perumpamaan ini?)
Semakin kita 'menikmati' keterpurukan ini,
maka akan semakin dalam pula terjerumus kedalam pasir itu.

Keadaan ini bikin kita jadi seribu kali lebih sensi, gampang tersinggung, 
sering manyun, jadi gak asik lagi, susah diajak becanda, cepet stress, 
de-el-el...

Tapi biar bagaimanapun juga bukankah kita harus bangkit?
Karena hanya kita sendirilah yang bisa menarik diri dari pasir isap itu.
Cara apapun dan berapa lama yang kita tempuh harus kita lalui,
bukankah semua ini akan berlalu?

"This too, will pass"
segala yang kita lalui hari ini,
keterpurukan, kebahagiaan... dan yang inipun akan berlalu?

Semoga saya, kamu, atau siapapun yang sedang dalam pasir isap ini,
akan segera keluar dan bisa bangkit kembali.
dan bukankah yang inipun akan berlalu?

Sunday, November 20, 2011

Beranilah Bermimpi...


Diawali dari ketidaksengajaan buka-buka kaskus, lalu masuklah ke suatu halaman yang kalau tidak salah judulnya, "membuat rencana gagal atau gagal membuat rencana"

Eh ternyata di dalam halaman tersebut adalah video ini, hasil kreasi salah satu alumni IPB Angkatan 41 (2004). Jadi semakin bangga jadi alumni IPB :)

Selain dari kreatornya adalah alumni IPB, isinya menurut saya memang sangat bagus. Sangat menginspirasi... Membuat semangat kita menjadi bangkit lagi...

Maka, beranilah bermimpi besar...karena mimpi adalah harapan... dan harapan itu selalu ada...
nice...

Friday, November 18, 2011

Kilas balik 11.11.11

11.11.11 memang sudah lewat sekitar 7 hari lalu,
Baru berkesempatan utak-atik sedikit mengenai tanggal yang unik ini (kata kebanyakan orang).

Dulu (kesannya sudah lama banget...) sekitar awal tahun 2011 ini kami (saya dan partner) merencanakan untuk menikah di tanggal 11.11.11

Karena Reza ingin tanggal tsb, unik dan bagus katanya.
Padahal kalau buat saya, tanggal berapapun bagus ko.
Malah kalau mau bagus bisa juga 20.11.2011
bagus juga kan di liat nya. Hehehe....

Tapi pada akhirnya memang di tunda karena Reza harus ikut program GAME (lupa apa singkatannya) yang merupakan program kerjasama antara IPB dengan salah satu institut di Kiel-Jerman. Dan program ini mengharuskan Reza ada di Jerman awal tahun dan awal Oktober s.d. akhir Desember 2011.

Yang akan saya bahas bukan soal Reza ke Jerman.
tetapi kenapa sih banyak orang yang pengen nikah di 11.11.11 ???

trus ternyata tidak sedikit pula wanita-wanita yang sengaja 'memaksakan' kelahiran anaknya di tanggal tersebut.
Kan kasian, kalau memang anak tsb belum saatnya hadir di dunia, karena keinginan ibunya melahirkan di tanggal tersebut.

Hmmm....
Padahal ya... kalau di analisis lagi, nikah di tgl tersebut itu 'banyak susah'nya.
Bukan susah sih,,, mungkin butuh effort lebih kali ya (cuma pendapat ngarang saya)...
karena ada bbrp teman juga yang mengurungkan niatnya untuk nikah di 11.11.11

Coba deh, pasti akan ada beberap alasan mengapa nikah di 11.11.11 butuh effort lebih:

alasan 1. Karena banyak orang yang ingin nikah di tanggal tsb pasti gedung pernikahan dari jauh-jauh hari sudah full book. Pastinya rebutan deh... Dan kemungkinan besar di pengelola gedung pasang tarif yang sedikit di atas standar (bukan gak mungkin kan? karena banyak yang pengen tgl tsb)

alasan 2. Catering juga pasti harus pilih dan book dari jauh-jauh hari, dan harganya pun pasti sedikit lebih mahal.

alasan 3. Riasan pengantin juga biasanya sejalan dengan catering, harus bisa pilih yang bagus dan book segera. Karena pastinya pengantin kan pengen tampil paling cantik dong, jadi ga asal-asalan pilih Riasan...

alasan 4. Undangan jangan lupa di cetak, kan gak mungkin semua diundang lewat sms/fb/blog, terutama temen ortu. Bisa jadi kalo lagi musim nikah, harga undangan ikut naik juga. Sama seperti hukum penawaran dan permintaan, beriringan naiknya.

alasan 5. Nah yang gak boleh ketinggalan adalah souvenir, pasti pengrajin souvenir kebanjiran order. Dengan banyaknya pesanan, bisa2 (mungkin, saya ngira-ngira aja) udah ga terima orderan lagi deh...

Hmmmm, itu sih hasil analisis ngawur saya aja. Jangan terlalu dianggap serius atau beneran ya. Hehehe...

Kalau kemarin saya ngobrol-ngobrol dengan salah satu sahabat (nggak perlu sebut merk ya), kenapa alasan dia mengundurkan tanggal pernikahannya. Dia bilang, pertama karena gak dapet gedung. Kedua karena di tanggal tersebut banyak kerabatnya juga yang menikah, "Kalau semua menikah, lantas yang akan hadir siapa?"

Yah intinya, kapanpun di tanggal berapa pun nikah yang terpenting adalah kesakralan acara tersebut. Yang terpenting lagi adalah, "Sah....." nya...

dan ngomong-ngomong soal musim kawin, untuk tanggal 19-20 Nov ini saya sudah mengantongi 11 undangan lho. Mantap kan...

Jadi, inti tulisan ini sih just share saja. Bukan curcol (curhat colongan) juga ya...

Doakan saja supaya kami segera menyusul teman2 yang sudah melepas masa lajang lebih dulu. Kalau disuruh jujur, ya saya juga iri melihat teman2 yang sudah berkeluarga, apalagi yang sudah mau punya baby... Waaahhh mungkin saat itulah dimana seorang wanita merasa menjadi sempurna.

Tapi saya percaya, Allah sudah punya rencana yang jauh lebih indah untuk saya dan Reza. dan saya selalu menantikan hal tsb. :)

Sunday, November 13, 2011

Kisah Klasik untuk Masa Depan...


Pinjem judul lagunya Sheila on Seven...
hehehe...

tiba2 keinget jaman dulu. masa-masa kuliah antara tahun 2004-2008.

Liat aja tuh, mukanya masih anak-anak gitu dan kurus-kurus :)

warna-warni Keluarga Horti, sayang yah..sejak Program Studi Horti dilebur jadi Departemen Agronomi dan Hortikultura, jadi gak pernah ada Temu Horti lagi.

Masa-masa praktikum kita...

Praktikum cabe atau tamasya nih? hehehe...
Sesaat sebelum panen Jagung di kebun kita...

Mari ditimbang trus bawa pulang hasil panennya...
Praktikum di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman
Praktikum budidaya buah di Tajur, awas salah tebang pohon durennya...

Mari kita berangkat Fieldtrip :)

Keliling kebun salak, Turi-Jogjakarta


Kebun nanas yg belum berbuah...
Petik Apel sepuasnya, jangan lupa bayar di depan, Batu-Malang

Panen Bawang di Brebes

Siapa suka tomat?
Kuliah Kerja Profesi di Subang, Jawa Barat
Base Camp di Desa Jalan Cagak, Sari Ater
Masa-masa penelitian skripsi :) whaaaaaa,,,,jd kangen lab kultur jaringan, bau alkohol, dll

Inilah hasil perjuangan selama jadi kuncen Lab Kuljar

Habis seminar skripsi :)

At least, wisuda juga :)

Cari dana jadi ikutan Kuis Super Deal 2 Milyar...

Tamasya ke Curug Luhur

Bergaya dulu ahhh....

Setelah sekian lama tidak berjumpa, wajahnya banyak yg berubah kan? :)

semoga pertemanan ini akan terus hingga masa tua kelak :)

Saturday, November 12, 2011

Mengejar Kabut Tertinggi

Mengejar impian...
ibarat mengejar kabut, karena kita tidak tahu setinggi atau sejauh apa kabut tsb dapat kita raih...
setelah kita raih, impian tsb bisa saja tidak sepenuhnya kita “sentuh” seperti kabut...
Kejar... dan raih lah impianmu setinggi yang kamu mampu...
karena setelah kamu raih, kamu akan melihat “kabut” yang lebih tinggi yang akan kamu raih selanjutnya....

Wednesday, November 9, 2011

Curhat atau Berbagi Kebencian?

Terinspirasi dari status facebook sahabat saya, Adkaningrum tadi sore,
"curhat atau berbagi kebencian?? be careful."

Yaaa... Curhat atau berbagi kebencian...
Saya cukup setuju dengan status fb tersebut. Antara keduanya saya anggap bedanya tipis. Kenapa? Karena antara curhat, berbagi kisah, berbagi kesedihan atau justru berbagi kebencian itu tidak jauh beda.

Curhat sebagai salah satu alat berbagi kisah dengan orang lain bisa mengurangi ‘penderitaan’ yang sedang kita hadapi. Sebenarnya tujuan awal kita curhat mungkin untuk mengurangi beban penderitaan itu, tidak lebih.

Tapi apa tau, bahwa ‘pasangan’ curhat kita yang secara tidak langsung sebagai ‘keranjang sampah’ (maaf saya pakai perumpamaan ini) tidak serta merta menerima begitu saja segala episode percurhatan itu. Coba di telisik lagi di dalam hati.

Pernah, suatu kali… Saat seorang teman curhat kepada saya mengenai dia yang diperlakukan sangat tidak enak oleh temannya yang lain (kebetulan saya juga mengenal orang tersebut). Diceritakanlah betapa perlakuan orang tersebut yang sangat buruk. Mungkin saat itu dia hanya bermaksud untuk meringankan hatinya, membuang segala ketidak-enakan perasaan yang sedang dia hadapi.

Di lain pihak, secara tidak sadar saya yang saat itu sebagai ‘keranjang sampah’nya dia, tidak menerima ceritanya begitu saja. Dari menerima curhatnya itu pikiran saya juga menjadi ikut ‘membenci’ orang tersebut, tidak menerima segala perlakuan yang diberikan kepada teman saya.

Nah, jadilah orang yang ‘sebel’ dengan orang tersebut bertambah satu (yakni saya sendiri, yang jelas-jelas tidak terkait langsung dengan kejadian tersebut). Dan jadi berpengaruh ketika saya bertemu dengan orang itu. Kadang hal ini tidak kita sadari secara langsung. Itulah yang saya sebut sebagai curhat berbagi kebencian.

Dari episode curhatan teman kita yang bilang, “Ihhh, si A itu kan orang nya begini….begini….masa kamu ga tau?”

Mendengar ini, pada saat kita melihat si A, otak kita ini secara tidak sadar pasti akan mencari-cari bukti kesalahan orang tersebut, sehingga suatu saat kita bilang, “Eh iya, ternyata yang dibilang itu bener ya… Si A itu memang begini-begini…”

Dan ironisnya, kadang teman kita yang punya ‘urusan’ awal dengan yang di ‘benci’ nya itu sudah lupa dengan kebenciannya, sudah bisa bersikap biasa lagi. Justru kita-lah yang terjebak dengan situasi ‘benci’ itu, jadilah kita yang sebel beneran dengan orang itu. Yah itulah, terjebak dengan curhat berbagi perasaan atau berbagi kebencian...

Hehehe,,, so be careful buat semua pihak...
saat menjadi ‘keranjang sampah’ jangan ikut terbawa suasana yang pada akhirnya akan menjebak kita di situasi yang akan menjadi sangat tidak mengenakkan... :)

dan saat curhat, pastikan bahwa kita hanya berbagi kisah saja, bukan turut berbagi kebencian dengan sahabat kita itu...

Tuesday, November 8, 2011

Penjual Sate dan Kernet Bus

Komunikasi berdasarkan Wikipedia memiliki arti sebagai "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".[1]. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.[rujukan?] Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.[rujukan?] Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.[2]” (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi)

Kenapa kali ini saya ingin membahas mengenai komunikasi?
Secara sederhana, komunikasi merupakan cara untuk berhubungan dengan orang lain. Lebih tepatnya komunikasi dipakai untuk bisa memenuhi kebutuhan yang bisa dipenuhi dari orang lain. Komunikasi dianggap mudah apabila hasilnya sesuai dengan yang kita harapkan.

Tetapi komunikasi dianggap gagal atau tidak berhasil apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena proses tersebut tidak menggunakan informasi yang sesuai/benar.

Nah, soal komunikasi yang tidak sesuai. Ada dua cerita yang ingin saya bagi.

—cerita pertama—
Beberapa saat lalu sepulang dari beli sate ayam, ayah saya datang sembari menggerutu tidak jelas. Ternyata ada kejadian yang tidak mengenakkan di tempat jual sate tadi.
Inti permasalahannya sederhana, karena adanya komunikasi yang tidak tepat.

Sewaktu awal pesan sate, ayah saya bilang, “Bang, satenya yang matang ya…”

Mungkin, karena abang satenya juga lagi ‘sensi’, dibilang gitu jadi tersinggung lalu menyahut dengan agak ketus, “Pak, saya jualan sate itu sudah bertahun-tahun lamanya. Kalau saya jual satenya nggak matang, pasti udah nggak laku sejak dulu. Buktinya selama ini nggak pernah ada yang protes sate saya nggak matang.”

Karena dijudesin oleh penjual sate, ayah saya pun pulang dengan manyun dan menggerutu di jalan. Dan sampe rumah pun masih ngedumel karena diomelin tukang sate.

Kami orang rumah sudah mengerti maksud ayah saya seperti apa. Maksud sebenernya adalah minta supaya satenya di bakar lebih garing. Tapi karena proses penyampaian informasi yang diberikan tidak tepat, jadilah hasil yang diterima penjual sate pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.


—cerita kedua—
Hari minggu kemarin tepat 6 November 2011 | hari Raya Qurban, sore harinya saya kembali ke Jakarta. Maklum saat ini saya masih jadi anggota PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad). Tumben-tumbennya bus Mayasari Bakti (AC43) Jurusan Cibinong-Grogol yang biasanya agak sepi, sudah full dengan penumpang dari arah Cibinong.

Setelah busnya masuk ke tol Jagorawi, kernet pun mulai meminta ongkos ke semua penumpang. Sudah menjadi kebiasaan apabila di hari raya apapun, ongkos bus yang biasanya Rp.9000,- naik menjadi Rp.10.000,-

Biasanya, kalaupun protes minta kembalian uang seribu tersebut, sang kernet berkilah ongkos khusus hari raya. Besok juga sudah normal lagi.

Dan karena ini bukan yang pertama atau kedua kalinya untuk saya, jadi saya juga nggak protes. Toh dulu kalau protes pun hanya dapet ngedumel aja.

Nah, sore itu ternyata ada seorang ibu yang protes dan minta uang kembalian tersebut. Awalnya si kernet itu masih menjawab dengan bahasa yang halus, “Hari raya, bu… Jadi ongkosnya naik.”

Yang nggak disangka, dijawab seperti itu ibu tersebut malah ngomel-ngomel, “Hari raya…hari raya… Ongkos naik gara-gara hari raya memangnya gaji ikut naik apa? Mana uang seribu saya?”

Awalnya si kernet berkilah kalau memang tidak punya kembalian uang seribu tersebut. Dan minta keikhlasan si ibu. Tetapi si ibu itu makin ngomel sejadi-jadinya. Mungkin karena malu juga, kernet tersebut langsung ngeloyor pergi minta ongkos ke penumpang lain.

Di tinggal pergi, bukannya diam ibu itu malah makin kenceng ngomelnya, “Kalau penumpang lain mungkin gak berani minta uangnya. Kalau saya mah berani. Mana uang seribu saya? Sini kembaliin. Enak aja…. Seribu kali berapa orang nih, dikali banyak kan jadi besar jumlahnya…” dan bla,,,,bla,,,bla,,,, omelan ibu itu terus nyambung panjang kayak kereta api… (tut….tut…..tut….gojes…gojes…..)

Haduhhhh…. Sore ini kuping saya full denger omelan ibu itu. Kernet yang kupingnya sudah panas pun akhirnya balas dan meminta rekan kernetnya yang di depan untuk mencari uang seribuan untuk diberikan ke ibu tersebut. Sembari meminta ongkos ke penumpang yang lain, kernet itu juga masih ngedumel, “Kalau nggak mau bayar sepuluh ribu, pake uang pas ya bapak ibu bayarnya. Saya Cuma minta keredhoan semuanya hari ini aja”

Sudah terima uang kembalian tersebut tetap saja si ibu ngedumel, terang aja kernet itu juga jadi panas lagi, “Ya udah bang (bilang ke supir bus), kalau si ibu masih gak redho juga, suruh turun aja di depan cari bus yang lain. Masih banyak penumpang lain yang mau naik bus ini”

Setelah di ancam untuk di turunin di tengah jalan tol Jagorawi, baru deh ibu itu diam.

Seandainya saja si ibu itu mau menggunakan kata-kata yang lebih baik. Mungkin uang itu kembali dengan adanya keikhlasan dari masing-masing pihak.

So, komunikasi memang terlihat simple. Tetapi hasil akhir yang dicapai bisa menjadi berantakan apabila prosesnya tidak tepat. :)

Friday, November 4, 2011

Awal Perjuangan...

Disini, pertama kali kami semua bertemu.
dari latar belakang yg beragam, budaya yang berbeda dan watak yang satu-sama lain tidak sama. Disini juga kita saling mengenal dan mencoba untuk jadi satu keluarga...

Yaaa,,,, BRI lah yang membuat kami jadi satu. Berusaha saling mencocokkan diri satu sama lain, demi satu tujuan... Kami masuk bersama, melalui semua ini bersama dan lulus pula bersama...


-- Secapa -- Mei 2009
Waktu pertama kali pendidikan menjadi PPS, mau tidak mau kami harus ikut pendidikan gaya "militer" di Secapa (Sekolah Calon Perwira).
Saat itu yang ada di benak saya terlintas, "saya ini mau kerja di Bank atau mau jadi polisi sih? ko pake acara kayak begini segala"

Tapi, apa mau dikata, semua ini harus dan musti saya lalui. Disinilah permulaan perjuangan kami untuk lulus dan menjadi pegawai BRI.
Selama seminggu disini, kami seperti benar2 "mau" jadi polisi. Bangun tidur lari-lari, mau makan lari lagi, abis makan lari lagi, bahkan sebelum tidur pun lari. Jadi apapun kegiatan kami selalu diawali lari.

Saya yang jarang olahraga dan tidak suka lari sejak dulu, otomatis hal ini jadi masalah juga. Ditambah kaki yg sering kram...
(aduhhhh....kapan seminggu ini selesai? serasa sebulan disini)


--Orientasi Kantor Pusat--
Perjuangan kami dilanjutkan dengan pendidikan di Pusdiklat BRI,
disini selama 9 bulan kedepan kami jadi mahasiswa Pusdiklat. Belajar, baca diktat, ujian, Onsite ke Kantor Pusat di Sudirman, dll.

Bener-bener serasa jadi mahasiswa lagi, karena di akhir program kami masing-masing wajib untuk membuat makalah dan di presentasikan di depan 3 kepala Divisi dan 1 orang Direktur BRI.
Waktu itu ada istilah "dapet Jackpot" kalo penguji kita adalah Direktur Utama.
--serem bowww--

Foto ini kita ambil waktu "penulisan janji" kita sebagai PPS BRI. Sekarang sudah entah dimana spanduk tersebut.


--On the Job Training-- (H+3 Lebaran Idul Fitri 2009)
Dipertengahan pendidikan, ada program yg namanya OJT cabang. Kebetulan saat itu yg jadi wilayah OJT masih kisaran Pulau Jawa. Saya dan 3 teman yg lain dapat di Cabang BRI Jogya Cik Di Tiro. Waktu itu agak desperate juga karena H+3 lebaran saya sudah harus terbang ke Jogja. Disaat orang-orang masih silturahim lebaran dan liburan, saya harus datang ke tempat baru yg sangat asing bagi saya.

Dan inilah untuk kedua kalinya saya tinggal jauh dari rumah (pertama kali adalah saat KKP | Kuliah Kerja Profesi di Subang, sekitar tahun 2006 lalu). Ini juga merupakan pengalaman pertama kali saya naik pesawat :)

Foto ini diambil saat merayakan HUT BRI yang ke 114 tgl 16-12-2009, pagi-pagi sebelum upacara di mulai. Eksis dulu...


--Masa-masa di Perantauan--
Nasibnya anak rantau yang jarang pulang, jadilah kami cari kegiatan untuk membunuh rasa bosan. Jalan-jalan di hari libur. Namanya keliling Jogja, pasti yg pertama di tengok adalah Prambanan, Borobudur, Kaliurang, dll.
Sampe saat itu kami punya plesetan singkatan PPS, bukan lagi Program Pendidikan Staff tapi jadi "Photo-Photo Selalu"
daripada manyun dikosan terus :)

Yah itung-itung jadi turis lokal lah...

Setelah Prambanan, perjalanan kami lanjutkan lagi ke Candi Ratu Boko,
ini juga gak sengaja kesini, karena dari Prambanan ada paket untuk tour kesana jadilah kita lanjutkan perjalanan ke Ratu Boko.


--Masih tentang Episode "Bank Toyib"--
Demi membunuh rasa bosan, kami yg dari Jogja melajulah ke Solo dengan kereta Prambanan ekspress (Kalo ga salah namanya itu, lupa) dari stasiun Lempuyangan menuju Solo.

Tujuan pertama adalah Taman Wisata Air Tawangmangu Grojogan Sewu,
Disini kami disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indah. Untuk menjangkau ke lokasi air terjun, kami harus jalan kaki yg lumayan cukup jauh.

Semua kelelahan terbayar saat kami sampai di air terjun. Udara yang sejuk, pemandangan yg indah. Dan disini banyak kera-kera yang cukup nakal ke pengunjung, agak galak pula. Kera-kera tsb senang merampas barang pengunjung yang lengah, jangan deh liat tangan pengunjung menenteng barang, sekali dia lengah langsung dirampas dan dibawa lari oleh kera tsb.

Selain menikmati wisata air, disini juga ada suguhan sate kelinci.
Inilah kali pertama saya merasakan yang namanya sate kelinci. Dan ternyata enak juga... hehehe :)


Dari Tawangmangu, perjalanan kami lanjutkan ke Telaga Sarangan.
Ada yang tau itu dimana? Ini pertama kali saya kesini. Kalau tidak salah posisinya hampir ke daerah Jawa Timur. Lupa posisinya dimana.
Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh tetapi terbayar dengan pemandangan-pemandangan yang menakjubkan.

Di Telaga Sarangan, kami lanjut dengan wisata speed boat. Seru dan mengasyikkan.

Petualangan kami berkesan hari ini, perjalanan pulang pun dilanjutkan dan tentunya ga seru kalo tidak berhenti sekedar untuk mengabadikan moment pemandangan indah dengan latar belakang gunung dan kebun sayur.


--Akhir jaman PPS--
Setelah sekitar 9 bulan kami di tempa berbagai hal, sampailah kami di akhir status trainee. Dan ini bukanlan akhir dari perjuangan, tetapi awal dari perjuangan kami sebagai pekerja di BRI :)

Inilah masa-masa penantian kegalauan kami, akan kemana kami setelah ini?

Sebagai perayaan selesainya masa trainee kami di BRI, dan ada fasilitas jalan2 1x selama jadi trainee. Kami pilih kawasan Wisata Pasir Mukti di Citeureup-Bogor.
bergaya dulu sebelum beradu di paintball :)
sebelum flying fox :)
--Graduation--
dan sah lah kami diangkat sebagai pegawai di BRI :)

dan inilah, saya sekarang...