Friday, June 29, 2012

Another Story About ‘Pasrah’ to Allah

Beberapa hari lalu saya secara tidak langsung mengalami sebuah episode mengenai kepasrahan ketika di sela-sela jam kerja. Saya sih lebih senang menyebutnya kejadian tersebut sebagai balada pasrah.

(Kalimat di atas ini terdengar terlalu serius ga sih? Niat saya ini mau ngelucu lho... Atau memang saya yang tidak bakat dalam hal melucu. Maybe... But It’s real me)

Ok, baiklah...
Kita mulai saja cerita balada pasrah yang kemarin itu saya alami.

Pagi-pagi hari itu, saya mengalami rutinitas seperti biasa. Berangkat dari kosan ke kantor dengan waktu yang nyaris terlambat, lalu terburu-buru di perjalanan (baca: jalan kaki hingga lari kecil) dan sampai di kantor doa pagi yang sudah dimulai. Lalu mengendap-endap berbaur dengan rekan kerja yang lain.
(Ups,,, ceritanya terlalu melebar..)

Never Ending Questions

“Kapan nikah?”
“Kapan undangannya?”
“Kapan nyusul?”
“Kapan di resmiin? Kayaknya udah lama banget deh”



Pertanyaan-pertanyaan itu sering di dengar kalau lagi datang ke resepsi pernikahan, baru ketemu teman lama, kumpul dengan teman-teman, atau bahkan kumpul keluarga besar.

Kalau cuma di tanya sekali dua kali sih, pertanyaan itu terdengar biasa saja bahkan saya anggap sebagai doa dari sang penanya. Karena biasanya selalu saya jawab, “mohon doanya,” atau “doain aja secepatnya” tentu saja sembari senyum terkembang.

Dan saya anggap juga sebagai salah satu bentuk perhatian kepada saya, karena dia masih perduli dengan menanyakan kapan saya akan segera melepas masa lajang.

Monday, June 4, 2012

Gempa dan Gerhana

Tadi sekitar jam 18.18 saat kami semua (saya, mas heri, pak imam, mba arliani, dan mas andreas) ada di Guest House Sendik BRI lembang di lantai 2, tiba-tiba saya merasa meja rapat yang ukurannya segeda gaban ini goyang-goyang gitu aja. Trus saya liat ke rekan-rekan yang lain. Eh kita semua saling tatap-tatapan.

Baru deh salah satu dari kita yang nyeletuk, “gempa ya?”

Trus kita lihat ke sekeliling. Dan saya memang merasakan kursi yang saya dudukin ini goyang. Lalu lampu gantung yang ada di atas kepala juga goyang dan tanaman sansiviera dekat jendela juga dengan jelas goyang-goyang.

Bukannya kita panic dan pergi ke luar rumah, kita malah duduk dan saling pandang-padangan semua. Seperti menikmati masa goyang alami ini. #Nggak ini saya bercanda aja kok#

Jika Aku Menjadi

Habis blogwalking ke blognya ninta disini, saya jadi ingat impian-impian kecil jika nanti saya punya rumah sendiri.

Suatu saat, entah itu dimana setelah saya memiliki rumah sendiri saya memiliki impian-impian kecil yang ingin saya penuhi. Mungkin untuk sebagian orang ini seperti tidak penting atau entahlah pandangan orang. Tapi saya pribadi sangat ingin memenuhi ini, diantaranya seperti ini:

• Saya ingin punya taman bunga di halaman depan rumah. Bukan karena saya lulusan

hortikultura lho, tapi memang dasarnya saya sangat senang dengan bunga-bungaan. Saya ingin kalau halaman depan rumah saya itu berwarna-warni, penuh dengan bunga. Jadi pandangan rumah tersebut nggak gersang. Terlebih lagi kalau taman bunga ini akan mengundang kupu-kupu untuk berkunjung. Makin senang lihatnya.