Wednesday, April 3, 2013

'Diceburin' versi gue

Pernah dengar istilah, "kudu di dorong atau bahkan diceburin supaya bisa" dengan kata lain sih dipaksa bisa. Kadang dalam kehidupan nyata ya hal ini memang harus dilakukan. Karena kalau standar-standar aja yak gak maju-maju.

Saya sendiri jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu. Tapi dengan kejadian tersebut saya pun memperoleh pengalaman yang sangat berharga. Gara-gara "diceburin" itu bisa jadi salah satu yang membuat saya seperti yang sekarang ini.

Iya, saya tiba-tiba ingin flashback. Ingin mengingat kejadian tersebut.

Singkat cerita, sebagai seorang junior staf baru di Divisi Layanan, saat itu saya diberi tugas untuk belajar dan menangani permasalahan yang berhubungan dengan demand deposit. Tetapi entah bagaimana ceritanya, beberapa waktu berlalu dan saya merasa tidak ada kemajuan di diri saya.

Akhirnya atasan menukar materi saya dengan teman yang lain. Saya mendapat materi trade finance dan demand deposit diberikan kepada teman lain.

Senior yang bertugas mengajari saya bernama Gokma. Biasanya saya memanggil dengan sebutan Bang Gokma.

Pertama kali ketemu dengan si abang ini adalah di kelas PPS ketika menunggu kelulusan. Wajah orientalnya dan mata sipitnya membuat dia menjadi terkesan sangar, jutek dan galak. Terlebih lagi yang semakin membuat saya ingat dengan dia adalah ucapannya ketika sebelum mengajar.

"Saya tau, kalau saya duduk di tempat kalian sekarang juga belum tentu akan memperhatikan orang yang ngomong di depan sini. Tapi kita sama-sama punya kewajiban yang harus ditunaikan. Jadi ya harap kita semua ada disini sampai jam materi selesai."

eaaa, baru kali ini saya dengar ada instruktur yang jutek bin judesnya minta ampun kayak gini. Inilah yang jadi bikin saya ingat bener sama satu orang ini.

Eh ternyata, saat masuk ke Layanan meja kerja saya tepat berada di sebelah si abang gokma ini. Langsung deh saya ingat, "Lhaaa, ini kan instruktur yang jutek waktu itu."

Dan memang, gak di kelas gak di kantor. Tampangnya jutek. Apalagi kalo moodnya lagi gak enak tuh. Jangan berani ganggu deh.

Upsss.... kok malah jadi ngomongin dia.

Setelah ditentukan saya yang harus mendalami trade finance, mulailah saya berguru dengan tetangga yang satu ini. Mulai nanya macam-macam, ya pokoknya berguru deh sama satu-satunya master trade finance disini.

Selain belajar materi, belajar kasus, nerima telp permasalahan dari unit kerja, saya pun harus bisa mengajar alias jadi instruktur. Sama seperti bang gokma, ngajar di pusdiklat bri.

Nah, udah lama banget kan saya gak ngajar, sejak terakhir dulu jadi asisten praktikum kultur jaringan di D3 IPB. Terlebih lagi saat pertama kali ngikut bang gokma ngajar petugas dari cabang, banyak pertanyaan yang memang membutuhkan pengalaman.

Saya makin berasa gak tau apa-apa. Gak berani dan gak siap kalo harus ngajar orang-orang cabang.

Tapiiiiii, ternyata si abang jutek ini punya rencana lain yang saya gak tau.

Bilangnya sih waktu itu dia meminta saya untuk jadi asisten di kelas petugas administrasi kredit. Saat itu materinya tentang bank garansi.

Ternyata, tau-tau dia menyuruh saya maju ke depan kelas untuk ngajar.

What?

Iya. Ngajar. Saya kaget. Takut? iya.

Tapi bukan yayu namanya kalau nyerah gitu aja. Dengan kemampuan seadanya ya saya maju. Kalo ini sih sebenarnya bisa dibilang nekad.

Saya pun maju dan mulai mengajar. Menjadi instruktur dari orang-orang yang memang sudah berkecimpung di bidangnya.

Suara masih bergetar. Nada bicara cepat, serta kaki yang gemetar karena grogi. Tapi semua harus dihadapi. Tangan saya juga masih memegang kertas kecil yang isinya cacatan penting, jaga-jaga ada pertanyaan yang saya lupa jawabannya.

Saya mulai mengajar. Berbicara sesuai dengan kemampuan. Talk A to Z. Bang gokma tak berkomentar. Dia hanya memperhatikan saya dari tempat asisten instruktur.

Sampai suatu ketika saya salah menyampaikan materi. Apa bang gokma komentar? jawabannya tidak. Dia tetap membiarkan saya berada di depan kelas. Dia tidak berkomentar apapun. Hingga akhirnya saya pun menyadari kesalahan tersebut, kemudian meralatnya sendiri.

Materi yang biasanya dibawakan selama sekitar 1 jam, saat itu hanya saya paparkan kurang lebih selama 15 menit. Mungkin saya ngomong udah kayak kereta api kali yah. Ngebut gak pake rem.

Trus bang gokma pun menggantikan saya dan menguraikan kembali materi yang sudah saya paparkan. Kasian kan pesertanya kalau materi tadi gak diulang lagi.

Dengan kata lain sih, kelas hari itu jadi kelinci percobaannya saya ngajar. Untuk stress test kali yah. Tapi karena pengalaman inilah saya jadi tau bagaimana rasanya ngajar. Yang akhirnya saya jadi ketagihan ngajar dan menyukai dunia yang satu ini.

Iya. Karena diceburin paksa ke kolam ngajar sama bang gokma, saya jadi ingin terus belajar. Karena malu dong, masa yang ngajar tidak lebih tahu daripada yang diajar. Nggak lucu kan kalo jadi bulan-bulanan peserta didik saat berdiri depan kelas.

So, big thanks to my brother. Bang Gokma.

No comments:

Post a Comment

Jika berkenan tinggalin jejak yaa... Terimakasih sudah berkunjung... :)