Akhir-akhir ini saya sering mendapat broadcast message bbm soal maraknya penipuan di sekitar atm. Berita tersebut mungkin tidak ada maksud menakut-nakuti, tetapi agar kita lebih meningkatkan kewaspadaan apabila bertemu hal sejenis.
Berita yang saya dapatkan diantaranya:
Hati-hati jika anda sedang berada di dalam galeri atm lalu orang di sebelah anda kaget dan berbicara dengan kencang, "Yahh, saya salah transaksi, mau transfer malah tarik tunai." Lalu orang tersebut meminta bantuan kepada anda untuk mengambil uang itu dan mentrasfer sejumlah uang ke rekeningnya. Sebenarnya ini adalah modus baru dalam tindak penyebaran uang palsu, karena uang yang anda terima adalah uang palsu yang sedang disebarluaskan.
Selain modus di atas, tindak kejahatan di dunia perbankan juga sebelumnya pernah saya ceritakan disini dan disini. Memang tidak pernah ada yang tahu kapan tindak kejahatan itu akan menimpa kita atau orang-orang disekitar. Yang pasti bisa kita lakukan adalah selalu waspada dalam kondisi apapun.
Nah, soal modus penyebaran uang palsu di sekitar ATM ini mengingatkan saya dengan kejadian tadi sore. Sepulang dari training WBT di Mampang, saya sengaja mampir ke galeri ATM yang ada di sebelah kantor. Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 6 lewat, langit juga semakin gelap. Disekitar kantor hanya ada beberapa orang tukang yang baru saja selesai menyiapkan booth-booth untuk acara Sunday Fest besok.
Melihat sekeliling yang semakin sepi, saya buru-buru melangkahkan kaki masuk ke galeri atm. Di dalam ruangan tersebut berderet mesin-mesin atm dengan iringan musik khas BRI, saya segera memilih salah satunya dan mengambil uang sejumlah yang saya butuhkan. Pada saat hendak keluar dari dalam galeri, masuklah secara bersamaan seorang bapak dan ibu yang kemudian menghentikan langkah saya.
"Mba, bapak mau minta tolong" Sekilas ucapannya seperti terdengar seperti itu.
Jujur! Saat itu, pasti mimik wajah saya bengong, atau apapun itu yang menunjukkan keheranan. Saya pun bertanya, "maksudnya gimana, pak?"
"Tolong transferin bapak?"
Saya belum mengerti dengan maksud permintaan bapak ini, masih dengan wajah heran sedikit banyak saya mengamati kedua orang ini. Apakah patut dicurigai atau tidak, terlebih sedang maraknya peredaran uang palsu dengan modus salah transfer. Saya kembali bertanya, "Maksudnya gimana, pak? Saya nggak ngerti!"
"Bapak minta tolong mbak, untuk transferin uang ke rekening anak bapak. Uangnya tabungin ke rekening, mbak." Penjelasan singkat, bapak itu.
Mungkin karena melihat tatapan wajah saya yang setengah tidak percaya dan penuh keheranan, akhirnya si ibu yang dari tadi berdiri di samping si bapak sedikit menambahkan, "iya mba, atm nya bapak ketinggalan. Kami mau kirim uang untuk anak di jawa."
"Ooo...," saya baru paham dengan maksud kedua orang tersebut.
Ya udah deh, tanpa pikir panjang saya beranjak ke sudut ruangan menuju CDM (cash deposit machine-mesin untuk nabung). Saya langsung memasukkan kartu atm dan bapak tersebut mengeluarkan segepok uang lembar 50 ribuan. Tahap pertama hanya sebagian uang yang berhasil masuk ke CDM.
"Uangnya segini ya, Pak?" Sembari tangan saya menunjuk ke arah layar CDM. Bapak tersebut mengangguk tanda mengiyakan. "Saya setor ke rek ya, pak?"
Saya kembali menatap layar. Jujur saja, saat itu masih ada rasa khawatir. Duh, jangan-jangan saat saya lengah nanti di hipnotis atau di apa-apain. Atau tiba-tiba pundak saya di tepuk trus kena hipnotis. Segala kemungkinan masih mengiangn di dalam kepala.
Setelah uang tersebut masuk ke rekening, saya segera memilih menu transfer dan menanyakan rekening tujuan. "No rekening tujuannya, pak?" Jari saya langsung mengetikkan nomor rekening yang disebutkan, "rekeningnya atas naman Suharti?"
"Iya, itu rekening istri saya," jelas si bapak.
Lhooo, tadi katanya rek anaknya, dalam hati saya berucap. Karena melihat saya agak heran si ibu menjelaskan, "itu rekening ibu tapi kartu atmnya dibawa anak ibu."
"Oo,,, berarti udah benar ya ini rekeningnya?" Transaksi pun diteruskan, kemudian saya memberikan struk bukti setor dan bukti transfer. "Uangnya udah masuk ke rek tujuan ya, pak?"
"Makasih ya, mba..." ujar si bapak.
"Sama-sama, pak." Saya pun akan segera melangkahkan kaki keluar galeri. Si ibu yang daritadi tidak banyak bicara juga ikut mengucapkan terimakasih sembari beberapa kali memegang lengan saya. Udah keadaan gini, masih aja ada perasaan parno di dalam hati saya, takut bakal di apa-apain.
Dengan langkah cepat kemudian saya buru-buru meninggalkan galeri atm, dan masih juga otak ini berprasangka takut di ikuti trus di apa-apain. Hahaha.... tapi nyata-nya semua itu hanya prasangka dan tidak terbukti.
Ya Allah,,,, maafin saya ya,,, yang udah berprasangka sama bapak-ibu itu.
No comments:
Post a Comment
Jika berkenan tinggalin jejak yaa... Terimakasih sudah berkunjung... :)