Wednesday, August 22, 2012

Hey, This is Jakarta!

Gak pernah kebayang sebelumnya kalau saya akan kerja apalagi tinggal di Jakarta. Jujur! Tidak sekalipun dulu pernah membayangkannya.

Yang saya tahu tentang Jakarta lebih banyak soal kerasnya hidup disana. Entah itu sulitnya cari kerja, kriminalitas tinggi, keegoisan manusianya, atau soal pergaulan bebasnya. Walau saya hanya tahu dari cerita yang ada di film atau novel yang pernah saya baca.

Memang hidup itu tidak pernah ada yang tahu akan seperti apa. Tak disangka akhirnya terdampar juga saya disini. Setelah diterima di perusahaan saya bekerja sekarang, membuat saya harus tinggal di kota ini.

Padahal dulu, yang saya bayangkan setelah lulus kuliah akan kerja di daerah atas (bogor, ciawi, puncak, cipanas, atau daerah dataran tinggi lainnya). Karena apa? Karena impian saya kerja di dunia pertanian. Punya nursery atau bahkan perkebunan.

Kecewa?

Tidak... Saya tidak kecewa. Mungkin memang ini jalan yang harus saya lalui. Semua ada plus minusnya. Dan soal impian itu, masih belum pupus hingga saat ini. Suatu saat saya akan mewujudkannya.

Balik lagi soal Jakarta. Semua orang pasti sudah tahu kerasnya hidup disini. Tapi kota ini memang punya daya tarik tersendiri. Karena segalanya ada disini: pusat perekonomian, mode, kuliner, dan segala yang kamu cari ada disini. Coba deh, biasanya sehabis lebaran seperti ini penduduk Jakarta akan tambah berkali lipat jumlahnya. Karena biasanya perantauan dari daerah akan datang bersama saudara, kerabat atau teman yang ingin ikut adu nasib di Jakarta.

Dalam hal ini memang tidak ada yang bisa disalahkan. Mungkin mereka melihat bahwa saudara mereka itu sudah berhasil atau sukses hidup di Jakarta. Kalau saudaranya itu bisa, tidak ada salahnya juga dia mencoba. Katanya sih begitu pemikiran mereka. Ya memang gak salah juga kan prinsip seperti itu.

Hmmm,,,,,,

Tapi tunggu dulu. Di balik serba adanya Jakarta, ya dunia kerasnya juga ada. Amburadul atau semrautnya kehidupan di Jakarta.

Di Jakarta, cuma dalam waktu hitungan sepersekian detik saja kamu bisa kehilangan dompet dari dalam tas atau saku celana, kalau kamu lengah dan gak waspada tentunya. Sampai ada istilah kalau naik bus 213 itu isinya 2 penumpang, 1 kondektur dan 3 copetnya. Saking sering terjadinya peristiwa kecopetan di bus ini. Sudah sering saya mendengar cerita teman yang kecopetan di bus.

Cuma di Jakarta, pengendara motor itu dengan bebas leluasa menggunakan trotoar atau hak nya pejalan kaki. Apa bisa pejalan kaki marah? Yang ada juga cari ribut sama mereka. Mengambil hak pejalan kaki alih-alih dengan alasan menghindari kemacetan.

Di Jakarta juga, tempat pejalan kaki di jadikan tempat wisata kuliner. *kalau ini sih di kota-kota lain pasti banyak juga. Salah satunya depan kampus atmajaya. Memang ketika lewat sana saya juga suka mupeng pengen icip-icip, kayaknya enak-enak. Dan selalu ramai pengunjung sehingga sering menyulitkan pejalan kaki yang lewat. Pernah beberapa kali tiba-tiba lahan tersebut kosong (mungkin habis di tertibkan kali yah), eh gak berapa lama muncul lagi. Mungkin karena demand yang tinggi jadi pedagang tersebut berdatangan lagi.

Soal kehidupan bebasnya Jakarta saya memang gak tau, dan gak pernah minat juga untuk tahu. Yaaa,,, biarlah cukup tahu dari cerita teman, berita, novel, atau film yang saya tonton. Karena dengarnya aja cukup ngeri, apalagi melihat langsung.

Saya tahu ini Jakarta, dan segala kebebasan yang ada. Tapi tetap aja saya jengah, ketika beberapa kali secara tidak sengaja memergoki penghuni depan kos yang kissing dengan pacarnya. Tebak... Mereka sama sekali gak kaget melihat saya. Hey,,get your room please..

Yeaahhh,,, itulah Jakarta dan segala seluk beluknya.

Tapi sampai sekarang, ya saya sayang sama Jakarta. Karena disinilah saya mencari rejeki hingga saat ini, walau tidak menutup kemungkinan besok atau entah kapan saya akan hengkang dari sini,

Jakarta,,, baik-baik yah kamu kepada saya.

No comments:

Post a Comment

Jika berkenan tinggalin jejak yaa... Terimakasih sudah berkunjung... :)