Dalam perjalanan menuju kantor tadi pagi secara tidak sengaja saya turut menyimak pembicaraan dua orang cewe di bus yang kami tumpangi.
Ke kantor??? Helooouuuwww.... Ini masih hari libur buw... *nyengir* iyah,,,, saya lembur hari ini. Toh saya gak punya kampung untuk di-mudik-in, jadi deh ambil jatah lembur. Lumayan kan jatah cuti bersama saya balik lagi. Eh,,, kenapa jadi ngomongin saya yang lembur hari ini.
Okeh... Kita stop ke-random-an saya barusan.
Soal kuping saya yang ikut nimbrung di pembicaraan mereka, serius itu benar-benar tidak sengaja. Tidak ada maksud hati untuk turut dengar pembicaraan mereka. Itu semua karena memang volume 'girls talk' mereka yang high. Jadi jangan salahin kalau kuping ini ikut dengar.
Pagi ini saya naik bus jurusan Cibinong-Grogol untuk bisa sampe ke kantor. Busnya tidak terlalu penuh dengan penumpang, mungkin karena masih suasana lebaran kali yah. Nah, kebetulan saya duduk di bangku 3 bersama dengan seorang ibu muda. Nah di depan saya ini ada 2 orang cewe yang kayaknya sih umur anak kuliahan. Suaranya mereka ini memang ngundang untuk ikutan denger.
Tengah-tengah pembicaraan mereka:
Cewe 1 : "Ahhh,, elu emang dasar matre"
Cewe 2 : "Ehh,, gue bukan matre yah. Gue sih realistis aja. Emangnya lu mau hidup melarat? Gue sih gak mau."
Cewe 1 : "Harta itu bisa dicari, yang penting cowo itu berprospek. Kaya tapi males juga bisa jatuh miskin besok."
Cewe 2 : "Kalau gue sih, lebih milih untuk nyusuin anak di dalam mobil sendiri. Ketimbang gue mesti membiarkan anak gue termehek-mehek kehausan di dalam angkot sembari kegerahan saking panas."
Wahhh,,, makin seru nih pembicaraan mereka. Volume suara makin tinggi pula karena mereka harus bersaing dengan merdunya nyanyian sang pengamen jalanan.
Cewe 1 : "Ahh,, itu sih bisa-bisanya elu aja. Emang aja lu nya yang gak mau susah."
Cewe 2 : "Lhooo, itu sih terserah ya... Kalo prinsip gue sih gitu. Kalau sama cowo gak berduit, ntar anak istrinya mau dikasih makan apa? Sedang kalo sama cowo mapan, ya setidaknya udah jelas nasib gue and anaknya kelak."
Cewe 1 : "Kalau gue sih lebih milih cowo yang berprospek. Maderah lah, masa depan cerah. Setidaknya gue dan dia akan berlari atau merangkak bersama-sama. Ya gue juga ga berharap kere yaa, tapi setidaknya dia punya semangat untuk meningkatkan taraf hidup dia dan keluarganya."
Hhmmm,,, saya jadi benar-benar serius nyimak pembicaraan mereka. Obrolan para wece-wece jaman sekarang.
Memang.... Obrolan dua cewe ini membuat saya tertarik untuk nyimak.
Materialistis atau Realistis?
Dua hal yang serupa tapi tak sama. Ini pendapat saya ya... *yang mau protes di tahan dulu.
Kenapa serupa? Karena sekilas bisa sepaham (Haduuuuhhh,,, opo meneh...sekilas sepaham...)
Coba deh. Keduanya serupa. Materialistis itu memang mengukur segala sesuatu berdasar uang, apaa aja dinilai dengan uang. Tapi kalo realistis, ya dia memang menimbang sesuai takarannya. Bisa menimbang sesuatu dengan uang, tapi uang bukan segalanya.
Misalnya begini:
Kalo si materialistis memilih cowo yang tajir (baca: kaya) dan gak perduli kekayaannya itu harta orang tua atau entah dari mana. Yang penting cowo itu kaya, titik.
Kalo si realistis, dia memang lebih punya pertimbangan yang masuk akal. *ehhh ini pendapat saya aja lho.... misalnya, dalam memilih cowo mungkin dia gak cari yang kaya tapi berkecukupan. Dia mencari yang memang bisa memberi kepastian untuk hidup dia dan keluarganya kelak. Punya uang tapi gak musti kaya, yang penting cukup (misalnya yah...).
Entahlah, tidak ada yang salah atau benar. Semua hanya soal dari sudut mana kita memandang. Karena setiap orang berhak menentukan jalannya sendiri. Materialistis atau realistis, terserah pada pilihannya masing-masing.
menarik....materialistis dan realistis.....ulasan yang bagus
ReplyDeleteTerimakasih...
DeleteSenangnya ada yang bilang tulisan saya menarik... :)